Selasa, 18 Januari 2011

Usaha Sewa Buku

Bisnis Persewan Buku Online ala bookoomoo.com
Manfaatkan Koleksi Pribadi, Kurir Suami Sendiri

Tak hanya jual beli barang yang bisa dilakukan lewat jasa internet. Seorang ibu rumah tangga membuat terobosan dengan menyewakan buku secara online. Hasilnya, kata si ibu muda itu, lumayan banter.

IGNA ARDIANI ASTUTI

Layanan sewa buku murah itu bisa diakses di www.bookoomoo.com. Begitu klik di situs itu, calon penyewa akan mendapatkan informasi tentang tata cara penyewaan, daftar buku yang disewakan, ringkasannya, dan tarif sewanya. Penyewa pun bisa memilih buku apa saja. Ada buku ilmu sosial, ekonomi, agama, filsafat, psikologi, hukum, budaya, bahkan novel dan beragam komik. Ada pula buku-buku desain grafis yang bisa membantu mahasiswa desain komunikasi visual (DKV).

”Saya berupaya menyediakan buku-buku yang dibutuhkan mahasiswa saat ini. Pokoknya komplet,” ujar Sri Kriswandari, pemilik bisnis persewaan buku online itu.

Menempati ruangan 4 x 5 meter di rumah Kriswandari yang beralamat di Kutisari Indah Selatan, bisnis persewaan buku itu dijalankan. Yang menarik, bisnis itu tak banyak melibatkan pegawai. Kris -panggilan Sri Kriswandari– hanya dibantu suaminya, Aristarchus, 33, untuk menjalankannya.

”Suami yang membuat desain situs, saya yang mengoperasikan,” kata wanita 28 tahun itu, ketika ditemui di markasnya, Minggu (17/8) lalu.

Kris bercerita, ide bisnis persewaan buku secara online itu bermula dari waktu luangnya setelah dia mempunyai anak, Kayla Faith, 16 bulan, dan berhenti bekerja di luar rumah. Padahal, alumnus Teknik Kimia Universitas Parahyangan Bandung itu sebenarnya tak mau hanya berpangku tangan alias menganggur. Buktinya, setelah sempat melanjutkan kuliah di Magister Manajemen Unair, Kris bekerja di sebuah pabrik tekstil. Tak lama kemudian dia beralih profesi menjadi sales asuransi. Kebetulan tugasnya tak banyak keluar rumah atau kantor, sehingga dia mempunyai waktu luang untuk mengurus buah hatinya, sekaligus berbisnis yang lain.

”Dari situlah muncul ide untuk membuat persewaan buku online ini. Kebetulan kami punya koleksi buku lumayan banyak,” tutur kutubuku kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, 11 Maret 1980 ini.

Ide itu muncul sekitar Juni lalu. Saat itu juga dia bersama suami langsung mengeksekusinya. Sekitar 1.000 koleksi bukunya didaftar dan dibuat katalognya. Sedangkan sang suami menyelesaikan desain situsnya. Awal Juli, bookoomoo.com sudah muncul di jagad maya. Kenapa bookoomoo? ”Intinya pada ”moo” yang mirip lenguhan sapi. Saya kan pecinta sapi,” jelasnya lantas tertawa.

Tidak semua buku koleksi keluarga Kris keluaran terbaru. Sebagian besar termasuk buku-buku lama, tapi kondisinya terawat dan rapi. ”Selain koleksi saya dan suami, juga ada yang pemberian mertua,” tuturnya.

Dari seribuan judul buku, baru 550 judul yang sudah dimasukkan dalam daftar sewa di situs. Namun, kata Kris, secara bertahap, koleksinya akan terus ditambah. ”Maklum, saya mengerjakan sendirian. Ngerjakannya dicicil dikit-dikit,” jelas Kris.

Di ruang penyimpanan buku rumah Kris dilengkapi dengan seperangkat komputer yang online 24 jam. Komputer itu merupakan sarana Kris memantau para pelanggan setianya.

Meski bookoomoo.com sudah beredar sejak Juli lalu, Kris baru me-lauching secara resmi pada 8-8-08. ”Saya memanfaatkan momen saja. Dengan angka cantik itu gampang mengingatnya. He he he,” paparnya.

Untuk bisa menyewa buku di bookoomoo.com, customer harus menjadi member terlebih dahulu. Ada lima mamac model keanggotaan. Yaitu blue, green, orange, red, dan purple. Pembagian tersebut didasarkan pada uang jaminan yang besarnya mulai Rp 50 ribu (blue) hingga Rp 600 ribu (purple). Uang tersebut ditransfer setelah konfirmasi order pertama.

Uang jaminan itu pula yang menentukan maksimal buku yang bisa disewa. Untuk membership blue misalnya, mereka hanya boleh menyewa buku dengan maksimal harga sewa Rp 7.500. Sedangkan membership purple, bisa menyewa buku dengan maksimal harga Rp 60 ribu. Pelanggan yang baru kali pertama terdaftar pasti menjadi membership blue terlebih dahulu. Setelah empat kali sewa, mereka baru boleh ”naik kelas” menjadi membership green. Begitu seterusnya.

Bagi pelanggan yang ingin langsung menyewa dengan harga tinggi, bisa memanfaatkan keanggotan red dan purple. Kris akan mengembalikan uang jaminan yang diserahkan customer bila pelanggan berhenti menjadi anggota asal sudah tidak mempunyai tanggungan buku sewa. ”Uang itu akan kami transfer kembali ke rekening asal.”

Menurut Kris, penetapan uang jaminan itu untuk mengantisipasi kemungkinan adanya buku yang tidak kembali. Maklum, penyewaan secara online seperti ini tidak memungkinkan dirinya mengawasi satu per satu pelanggan. Apalagi pelanggan juga tidak diwajibkan menyerahkan kartu identitas saat menyewa. ”Ya, setidaknya kita nggak rugi-rugi amat kalau ada buku yang tidak kembali,” seloroh Kris lantas tersenyum.

Bila semua persyaratan administrasi sudah dipenuhi, pelanggan dapat langsung mulai meminjam buku yang diinginkan. Mengenai tatacaranya, pelanggan tinggal mengikuti petunjuk yang tercantum di situs. Begitu order sewa ditetapkan dan uang sewa telah transfer, Kris akan langsung memproses lebih lanjut. Buku akan diantarkan pada hari sewa yang diinginkan. Seminggu kemudian, buku akan diambil lagi ada hari yang sama.

Sementara ini buku hanya bisa diantar dan diambil pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Maklum, kurir yang mengantar baru satu orang. ”Tuh dia kurirnya,” ujar Kris sembari menunjuk Aris, suaminya. Yang ditunjuk hanya tersenyum.

Ya, pada hari-hari itu, kata Aris, kegiatan mengajarnya di Jurusan DKV UK Petra tidak begitu padat. ”Begitu ada waktu luang langsung saya manfaatkan untuk mengantarkan atau mengambil pesanan buku,” ujar pria 33 tahun itu.

Selain membayar biaya sewa, pelanggan juga dikenakan biaya pengantaran buku. Besarnya disesuaikan dengan zona pengantaran. ”Semua peraturan tertulis jelas di situs. Jadi, kalau pelanggan setuju, kami layani,” katanya.

Kris memang menghindari pelanggan datang langsung ke rumah. Ada banyak alasan yang membuat Kris menetapkan peraturan tersebut. Salah satunya, dia tidak ingin putri kecilnya, terganggu. Alasan lain, kondisi rumahnya belum memungkinkan dikunjungi pelanggan. ”Nantilah, kalau usaha ini sudah berkembang, baru saya akan membuka tempat yang lebih besar, pelangan bisa langsung datang ke sini,” katanya.

Kris mengaku tidak mudah memulai bisnis persewaan online seperti ini. Kendalanya, selain masih banyak yang belum terbiasa dengan menyewa buku secara online, pelanggan biasanya juga keberatan dengan sistem uang jaminan. Apalagi, uang jaminan itu hanya ditransfer begitu saja. ”Pelanggan biasanya khawatir jangan-jangan bisnis ini bohong-bohongan,” tutur perempuan berambut cepak itu.

Meski begitu, dalam sekejap pelanggan bookoomoo.com sudah lumayan banyak. Jumlahnya sekitar 50 orang. Kebanyakan masih teman-teman dekat Kris dan suaminya. Untuk mengembangkan bisnis ini, Kris berpromosi lewat online. Mulai memanfatkan situs persehabatan Friendster, hingga mengirimkan e-mail ke seluruh universitas dan sekolah-sekolah di Surabaya. Untuk sekolah, sasaran Kris lebih ke guru-guru ekspatriat. ”Sebab, kebetulan di sini banyak sekali buku-buku sastra berbahasa Inggris. Termasuk buku-buku sastra kuno karangan Ernest Hemingway,” jelasnya.

Kelak, bila usahanya sudah dikenal, Kris bisa mengembangkannya menjadi lebih besar. Tidak hanya menyewakan saja, tetapi juga menjual dan membeli buku secara online.

Tidak ada komentar: