Senin, 28 Maret 2011

UPZ-BMH IJMA TAQWA

Alhamdulillah setelah PKS ditanda-tangani , para amilin UPZ IJMA mulai bergerak. Pak Dede Suryana dan Pak Yana Maulana mulai merencanakan program dan pengelolaan data mustahik/Muzakki.
Program yang sudah terbayang akan dikerjakan diantaranya adalah :beasiswa berkah untuk anak yatim, beasiswa prestasi untuk anak-anak dhuafa yang memerlukan biaya sekolah dan proyek "Home/Masjid Schooling" untuk anak-anak yang putus sekolah..

"Home/Masjid Schooling" adalah konsep sekolah terbuka untuk level SD/SMP/SMA anak-anak dhuafa/yatim putus sekolah ini akan diberikan pendidikan sesuai dengan program Nasional plus pendidikan wirausaha dan agama..

Kami akan mencoba mengarahkan supaya anak bisa lulus UNAS tanpa belajar di bangku sekolah, sehingga pembelajaran formalnya akan fokus pada materi yang akan di UNASkan, sedangkan titik fokus lainnya adalah pada sisi Keagamaan dan Wirausaha...

Diharapkan si Yatim dan si Dhuafa putus sekolah formal ini kelak akan menjadi agen perubahan untuk lingkungan...

Alhamdulillah Pak Yana yang juga sekretaris RT ini sempat mempromosikan proyek ini di rapat RW, dan mendapat sambutan dari yang lainnya..termasuk dari Ibu Ana seorang aktivis di RW...

MMMMmmm.mudah2an proyek ini berjalan lancar

Jumat, 25 Maret 2011

Merawat Pohon Kesuksesan

Tulisan bayu gautama selalu menarik...sederhana tapi menarik...
Judul aslinya: Obrolan Pagi di teras rumah...


Pagi hari, sambil menyiram tanaman di halaman rumah saya
memerhatikan pohon mangga tetangga yang tengah berbuah lebat dan ranum.
Beberapa buahnya yang terlihat segar ‘nangkring’ di atas halaman rumah saya,
sehingga selalu jadi fokus perhatian setiap kali saya menyiram dan
merapihkan tanaman. Secara tak sengaja
pula, saya dan isteri sering bertanya kenapa pohon mangga tetangga sudah
berbuah sedangkan pohon di halaman rumah kita belum? Bukankah waktu menanamnya
sama? Apakah karena berbeda jenisnya?

Secangkir kopi panas datang bersama si cantik, udara yang
sejuk di pagi itu akan sedikit terhangati oleh dua teman setia, kopi panas dan
isteri yang cantik. Ditambah, ia pun ikut nimbrung dalam gumam saya, “Insha
Allah, memang belum waktunya tumbuh. Sabar, insha Allah nanti punya kita lebih
manis…” Aih, kalimat yang indah
seindah orangnya.

Setelah menyeruput kopi panas, terasa hangat membaluri
tubuh. Meski sebenarnya bukan hangat kopi yang membaluri tubuh ini, melainkan senyum
manis si pembawa kopi serta perhatiannya pada segala apa yang ada di diri
suaminya, termasuk hal-hal kecil yang tengah dipikirkan. Contohnya soal pohon
mangga di halaman rumah kita. “Mungkin kita tidak merawatnya sebaik tetangga kita
merawat tanaman-tanamannya, pohon itu kan makhluk hidup juga,” tambahnya.
Makhluk manis itu terlihat semakin manis dan cantik dengan kecerdasannya.

Sebenarnya beberapa pekan lalu pohon mangga itu sempat memberi
harapan dengan mulai berbunga, senang sekali melihatnya berbunga pertanda ia
pun bakal menghasilkan buah yang banyak. Namun entah kenapa, hanya berlangsung
dua pekan bunga-bunga yang juga sempat menjadi buah mangga berukuran
kecil-kecil itu rontok satu persatu. Saya hanya sempat mengatakan, “Yah,
buahnya nggak jadi rontok semua…” Mungkin isteri saya menangkap kesan kecewa di
hati saya meski itu sedikit. Karenanya ia kembali berujar, “Tidak apa, kemarin
ia berbunga itu sekadar memberi tanda bahwa ia masih hidup dan bisa berbuah. Kitanya
saja yang harus bersabar”.

Sambil duduk di teras menemani saya yang terus asik merawat
tanaman, rasanya teras rumah di pagi itu menjadi tempat terindah yang pernah
ada di dunia bagi saya. Ya, setiap pagi selalu ada obrolan menarik di teras
itu, baik dengan isteri atau dengan anak-anak menjelang mereka berangkat ke
sekolah. Atau pun obrolan yang tak terdengar seperti layaknya obrolan ketika
saya “berbincang” dengan si bungsu yang baru bisa menyebut satu-dua kata, “nihh…”
dan “tuhh”. Sesedikit apapun yang keluar dari mulutnya, tetapi kemampuan lawan
bicaranya menangkap apa yang terucap dan yang tidak terucap maka “perbincangan”pun
akan selalu bermakna. Sama halnya dengan pasangan kita, sering kali komunikasi
itu tidak selalu terucap, lebih banyak hal yang tidak terucap namun hanya
tersirat. Setiap pasangan dituntuk memiliki kemampuan lebih menangkap yang
tidak terucap itu, karena memang kadang tidak semua bisa dengan mudah
diungkapkan dengan kata-kata.

Kembali ke pohon mangga di halaman rumah yang belum berbuah,
membandingkannya dengan mangga tetangga yang lebat berbuah, “mungkin kita tak
sebaik mereka merawatnya, tak rajin menyiraminya, tak memupuknya dengan pupuk
terbaik dan tak membersihkan lingkungannya, juga tak mendoakannya,” imbuh si
cantik yang masih duduk manis di teras. Intinya, saya menangkap makna yang tak
terungkap dari ucapannya, bahwa “jangan iri dengan hasil yang didapat
seseorang, irilah dengan proses dan kerja keras yang diupayakannya sehingga
mendapatkan hasil yang baik”.

Sobat, kesuksesan tidak didapat dengan instan. Harus melalui
proses yang kerap tidak mudah, semakin tinggi tingkat kesuksesan yang ingin
kita raih, sudah pasti semakin besar juga tantangan yang harus dihadapi. Untuk mencapai
keberhasilan, semua proses menujunya wajib dijalani sebaik-baiknya. Sudahkah kita
benar-benar merawat pohon kesuksesan itu dengan baik? Menyiraminya dengan air
semangat agar senantiasa tumbuh, memupuknya dengan keyakinan agar menghasilkan
buah terbaik yang kita harapkan? Juga menjaga dan membentuk lingkungan yang
mendukung agar tumbuh kembangnya semakin baik?

Seringkali kita hanya melihat kesuksesan yang diraih orang
lain, tanpa mampu melihat proses dan kerja keras yang dilakukannya. Inilah letak
kekeliruan kita sehingga kesuksesan tak kunjung berpihak dan seolah terus
menjauh. Tersenyumlah menatap pohon kesuksesan Anda, teruslah berusaha
sekaligus bersabar menanti buah termanis dari setiap usaha kita.

Obrolah yang indah di teras pagi itu, seberapa mampu kita
menciptakan setiap ruang, tempat dan waktu untuk senantiasa mengambil hikmah,
sebanyak itulah kita akan mampu untuk terus memerbaiki dan melengkapi
kekurangan yang ada. (Gaw, dedicated for members of SOL - School of Life)



Bayu Gawtama
LifeSharerSOL - School of Life
085219068581 - 087878771961
twitter: @bayugawtama
@schoolof_life

SELAMAT PAGI YANG PUNYA MASALAH BESAR HARI INI

Tulisan ini saya ambil dari milis DT, Penulis adalah teman di facebook..
meski hanya bisa berteman di facebook tapi saya bangga bertemen dengannya...
kagum atas tulisan dan kiprahnya...selamat membaca...

Belum jam tujuh pagi saat itu, orang-orang di bawah flyover
Ciputat baru mulai memasang lapak-lapak mereka bersiap mengadu untung dari
ratusan manusia yang lalu lalang. Saya dan seorang sahabat, Riki, masih duduk
di dalam mobil yang terparkir persis di bawah flyover sambil menunggu seorang
rekan yang lain untuk berangkat ke Bandara. Tak berapa lama mata saya tertuju
kepada seorang pemilik lapak yang tengah menyiapkan lapaknya, entah kenapa mata
dan hati ini tak pernah bisa berhenti terusik oleh hal-hal yang kemudian selalu
mengandung pelajaran.

“Lihat kang…” tangan saya mencolak Kang Riki agar ikut
memerhatikan apa yang sedang menarik perhatian saya. “menurut Akang, apa yang
sedang dilakukan bapak pemilik lapak itu?” Sekelebat keluar jawaban singkat
darinya, “Ia sedang membersihkan sampah di dekat depan lapaknya”. Ya, sepintas
memang nampak seperti itu, bapak pemilik lapak tengah membersihkan sampah yang
berserakan persis di depan lapaknya. Mungkin ia tak ingin pembeli menjauh dari
lapak dagangannya kalau banyak sampah berserakan di depannya.

Satu-dua menit kemudian saya memberi pernyataan yang berbeda
dari sahabat saya itu, “menurut saya bukan membersihkan kang, ia hanya
memindahkan sampah-sampah itu dari depan lapaknya. Ia hanya akan menggesernya
satu-dua meter dari tempat semula.” Saya dan kang Riki pun semakin awas
memerhatikannya. Benar saja, beberapa saat kemudian kang Riki berseru, “benar…
ternyata dia tidak sedang membersihkan sampah, hanya memindahkan sampah itu ke
tempat orang lain…”

Setiap manusia pasti punya masalah, namun tidak semua berani
dan sanggup hadapi masalah. Masalah tidak akan pernah bisa dihindari, sepanjang
masih hidup akan selalu menemui masalah. Apakah sesudah mati kita tidak punya
masalah? Tentu saja tidak, pasti adalah masalah lain yang harus kita hadapi dan
selesaikan di hadapan Allah kelak, sebagai pertanggungjawaban perjalanan
kehidupan di dunia. Bisa jadi masalah yang harus dihadapi di akhirat nanti
lebih berat lantaran ketidakmampuan kita mengatasi masalah-masalah di dunia,
karena kita kerap menghindari dari masalah yang datang.

Masalah sesungguhnya energi bagi kehidupan kita, setiap ada
masalah ada energi baru yang mesti dikeluarkan untuk menyelesaikannya. Ujian
dan cobaan adalah cara Allah untuk menaikkan derajat manusia, seperti halnya
ujian kenaikan kelas yang harus dihadapi anak-anak di sekolah. Anak-anak yang
sengaja absen tidak berani hadapi ujian, sudah bisa dipastikan tidak akan naik
kelas. Jadi, semestinya kita bersukur jika terus menerus diberi ujian karena
Allah telah memilih kita untuk menjadi lebih baik di hari depan, tentunya
setelah kita melewati berbagai ujian tersebut.

Kembali ke pemilik lapak di bawah flyover Ciputat, sampah di
depan lapaknya adalah masalah yang harus diselesaikannya. Namun ia memilih
untuk memindahkan masalah tersebut agar tak lagi menjadi masalahnya, dan
berpindah menjadi masalah orang lain. Ia melimpahkan masalah di hadapannya ke
orang lain, sementara orang yang mendapatkan limpahan masalah punya dua
kemungkinan. Ia melakukan hal yang sama dengan temannya, atau ia mengambil
kesempatan untuk menjadi lebih baik dengan menyelesaikan masalah di depannya.

Nyatanya, memang tidak sedikit orang yang takut menghadapi
dan menyelesaikan masalah yang menghampirinya. Setiap masalah yang datang ia
bersembunyi, menghindar atau mengarahkan masalah tersebut ke alamat orang lain,
yang penting tidak ke tempatnya. Orang-orang semacam ini sebenarnya tengah
mengalami kerugian ganda. Pertama, ia tak mendapatkan pelajaran baru dari setiap
masalah yang seharusnya dihadapi, kedua ia tak pernah tahu kemampuannya yang
sesungguhnya. Padahal, jelas-jelas Allah tidak akan memberi cobaan diluar batas
kemampuan manusia. Jika masalah Anda
bertambah berat, itu berarti kualitas diri Anda bertambah.

Contohnya memang cuma sampah, sebuah masalah kecil di
hadapan kita. Tetapi kalau masalah kecil saja tidak mau menghadapinya,
bagaimana Allah akan memberi tantangan yang lebih besar? Jadi, jangan pernah
pindahkan masalah Anda ke orang lain. Terima saja, hadapi dan selesaikan setiap
masalah yang Anda punya. Ini pilhan buat siapapun, Anda boleh tinggalkan
masalah itu dan tetap menjadi diri Anda yang biasa-biasa saja, atau berani
menghadapinya. Lihat hasilnya, Anda akan menjadi orang yang sangat berbeda dari
sebelum Anda menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

Saya ucapkan “selamat” kepada siapapun yang memiliki masalah
besar hari ini, karena esok hari Anda akan menjadi orang yang lebih hebat hari
ini. Tersenyumlah sobat! (gaw)

Bayu Gawtama
LifeSharerSOL - School of Life
085219068581 - 087878771961
twitter: @bayugawtama
@schoolof_life