Jumat, 25 Maret 2011

Merawat Pohon Kesuksesan

Tulisan bayu gautama selalu menarik...sederhana tapi menarik...
Judul aslinya: Obrolan Pagi di teras rumah...


Pagi hari, sambil menyiram tanaman di halaman rumah saya
memerhatikan pohon mangga tetangga yang tengah berbuah lebat dan ranum.
Beberapa buahnya yang terlihat segar ‘nangkring’ di atas halaman rumah saya,
sehingga selalu jadi fokus perhatian setiap kali saya menyiram dan
merapihkan tanaman. Secara tak sengaja
pula, saya dan isteri sering bertanya kenapa pohon mangga tetangga sudah
berbuah sedangkan pohon di halaman rumah kita belum? Bukankah waktu menanamnya
sama? Apakah karena berbeda jenisnya?

Secangkir kopi panas datang bersama si cantik, udara yang
sejuk di pagi itu akan sedikit terhangati oleh dua teman setia, kopi panas dan
isteri yang cantik. Ditambah, ia pun ikut nimbrung dalam gumam saya, “Insha
Allah, memang belum waktunya tumbuh. Sabar, insha Allah nanti punya kita lebih
manis…” Aih, kalimat yang indah
seindah orangnya.

Setelah menyeruput kopi panas, terasa hangat membaluri
tubuh. Meski sebenarnya bukan hangat kopi yang membaluri tubuh ini, melainkan senyum
manis si pembawa kopi serta perhatiannya pada segala apa yang ada di diri
suaminya, termasuk hal-hal kecil yang tengah dipikirkan. Contohnya soal pohon
mangga di halaman rumah kita. “Mungkin kita tidak merawatnya sebaik tetangga kita
merawat tanaman-tanamannya, pohon itu kan makhluk hidup juga,” tambahnya.
Makhluk manis itu terlihat semakin manis dan cantik dengan kecerdasannya.

Sebenarnya beberapa pekan lalu pohon mangga itu sempat memberi
harapan dengan mulai berbunga, senang sekali melihatnya berbunga pertanda ia
pun bakal menghasilkan buah yang banyak. Namun entah kenapa, hanya berlangsung
dua pekan bunga-bunga yang juga sempat menjadi buah mangga berukuran
kecil-kecil itu rontok satu persatu. Saya hanya sempat mengatakan, “Yah,
buahnya nggak jadi rontok semua…” Mungkin isteri saya menangkap kesan kecewa di
hati saya meski itu sedikit. Karenanya ia kembali berujar, “Tidak apa, kemarin
ia berbunga itu sekadar memberi tanda bahwa ia masih hidup dan bisa berbuah. Kitanya
saja yang harus bersabar”.

Sambil duduk di teras menemani saya yang terus asik merawat
tanaman, rasanya teras rumah di pagi itu menjadi tempat terindah yang pernah
ada di dunia bagi saya. Ya, setiap pagi selalu ada obrolan menarik di teras
itu, baik dengan isteri atau dengan anak-anak menjelang mereka berangkat ke
sekolah. Atau pun obrolan yang tak terdengar seperti layaknya obrolan ketika
saya “berbincang” dengan si bungsu yang baru bisa menyebut satu-dua kata, “nihh…”
dan “tuhh”. Sesedikit apapun yang keluar dari mulutnya, tetapi kemampuan lawan
bicaranya menangkap apa yang terucap dan yang tidak terucap maka “perbincangan”pun
akan selalu bermakna. Sama halnya dengan pasangan kita, sering kali komunikasi
itu tidak selalu terucap, lebih banyak hal yang tidak terucap namun hanya
tersirat. Setiap pasangan dituntuk memiliki kemampuan lebih menangkap yang
tidak terucap itu, karena memang kadang tidak semua bisa dengan mudah
diungkapkan dengan kata-kata.

Kembali ke pohon mangga di halaman rumah yang belum berbuah,
membandingkannya dengan mangga tetangga yang lebat berbuah, “mungkin kita tak
sebaik mereka merawatnya, tak rajin menyiraminya, tak memupuknya dengan pupuk
terbaik dan tak membersihkan lingkungannya, juga tak mendoakannya,” imbuh si
cantik yang masih duduk manis di teras. Intinya, saya menangkap makna yang tak
terungkap dari ucapannya, bahwa “jangan iri dengan hasil yang didapat
seseorang, irilah dengan proses dan kerja keras yang diupayakannya sehingga
mendapatkan hasil yang baik”.

Sobat, kesuksesan tidak didapat dengan instan. Harus melalui
proses yang kerap tidak mudah, semakin tinggi tingkat kesuksesan yang ingin
kita raih, sudah pasti semakin besar juga tantangan yang harus dihadapi. Untuk mencapai
keberhasilan, semua proses menujunya wajib dijalani sebaik-baiknya. Sudahkah kita
benar-benar merawat pohon kesuksesan itu dengan baik? Menyiraminya dengan air
semangat agar senantiasa tumbuh, memupuknya dengan keyakinan agar menghasilkan
buah terbaik yang kita harapkan? Juga menjaga dan membentuk lingkungan yang
mendukung agar tumbuh kembangnya semakin baik?

Seringkali kita hanya melihat kesuksesan yang diraih orang
lain, tanpa mampu melihat proses dan kerja keras yang dilakukannya. Inilah letak
kekeliruan kita sehingga kesuksesan tak kunjung berpihak dan seolah terus
menjauh. Tersenyumlah menatap pohon kesuksesan Anda, teruslah berusaha
sekaligus bersabar menanti buah termanis dari setiap usaha kita.

Obrolah yang indah di teras pagi itu, seberapa mampu kita
menciptakan setiap ruang, tempat dan waktu untuk senantiasa mengambil hikmah,
sebanyak itulah kita akan mampu untuk terus memerbaiki dan melengkapi
kekurangan yang ada. (Gaw, dedicated for members of SOL - School of Life)



Bayu Gawtama
LifeSharerSOL - School of Life
085219068581 - 087878771961
twitter: @bayugawtama
@schoolof_life

Tidak ada komentar: