Senin, 17 Januari 2011

Hidayatullah

MUQADIMAH

Hidayatullah lahir pada saat umat Islam sedang menantikan datangnya abad XV H yang diyakini sebagai Abad Kebangkitan Islam. Tema pokoknya pada saat itu adalah “Back to Qur’an and Sunnah”. Hidayatullah adalah sebuah gerakan pemikiran yang mencoba menerjemahkan slogan “Back to Qur’an and Sunnah” secara lebih konkrit sehingga a-Qur’an dan as-Sunnah menjadi ‘blue print’ pengembangan peradaban Islami.

Hidayatullah memandang bahwa kemunduran umat Islam lebih disebabkan karena pandangan yang parsial dalam memahami keholistikan ajaran Islam. Masing-masing kelompok mengambil tema dan titik tekan program sesuai dengan pandangannya yang sangat parsial bahkan tema dan titik program itu seringkali menjadi semacam ‘ideologi’ kelompok

Sebagai organisasi massa Islam yang berbasis kader, Hidayatullah menyatakan diri sebagai Gerakan Perjuangan Islam (Al-Harakah al-Jihadiyah al-Islamiyah) dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program utamanya.

Hidayatullah didirikan pada tanggal 7 Januari 1973 / 2 Dzulhijjah 1392 H di Balikpapan dalam bentuk yayasan sebuah pesantren, oleh Ust. Abdullah Said (alm). Dari sebuah bentuk pesantren, Hidayatullah kemudian berkembang dengan berbagai amal usaha di bidang sosial, dakwah, pendidikan dan ekonomi serta menyebar ke berbagai daerah di seluruh provinsi di Indonesia. Melalui Musyawarah Nasional I pada tanggal 9–13 Juli 2000 di Balikpapan, Hidayatullah mengubah bentuk organisasinya menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas), dan menyatakan diri sebagai gerakan perjuangan Islam.

ORMAS HIDAYATULLAH


Sebagai organisasi massa, keanggotaan Hidayatullah bersifat terbuka, demikian pula misi, visi, dan konsep dasar gerakannya. Hidayatullah menjadikan amal-amal usahanya bersifat otonom, dan berfungsi sebagai basis pendidikan dan perkaderan.

Hidayatullah merupakan wadah bagi komponen ummat Islam yang ingin mewujudkan idealismenya membangun masyarakat Islami dengan mengacu kepada metode/manhaj nubuwwah. Hidayatullah berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mutlak, karena itu segala urusan dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Agenda utama Hidayatullah adalah; pelurusan masalah aqidah, imamah dan jamaah (tajdid); pencerahan kesadaran (tilawatu ayatillah); pembersihan jiwa (tazkiyatun-nufus); pengajaran dan pendidikan (ta’limatul-kitab wal-hikmah) menuju lahirnya kepemimpinan dan ummat terbaik.

TUJUAN :
Membangun peradaban Islam

VISI :
Menjadi organisasi tingkat nasional yang unggul dan berpengaruh, didukung jaringan yang loyal dan berkualitas.

MISI :
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM.
2. Mengintensifkan pelayanan ummat melalui aktivitas pendidikan dan dakwah
3. Mewujudkan kemandirian ekonomi
4. Mendorong penegakan Islam pada tingkat individu, keluarga, dan masyarakat.

STRUKTUR DAN MEKANISME ORGANISASI


Pengurus Organisasi Tingkat Pusat terdiri dari Dewan Syura dan Dewan Pimpinan Pusat. Dewan Syura merupakan lembaga tertinggi organisasi, dipimpin oleh Ketua Dewan Syura yang sekaligus merupakan Imam bagi jamaah Hidayatullah, dengan sebutan Pemimpin Umum.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat dipilih lewat Musyawarah Nasional, dan Pengurus DPP disahkan oleh Pemimpin Umum di dalam Munas tersebut untuk jangka waktu 5 tahun.

Struktur di bawah Dewan Pimpinan Pusat (DPP) terdiri dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW/tingkat Provinsi), Dewan Pimpinan Daerah (DPD/tingkat Kabupaten/Kota), Dewan Pimpinan Cabang (DPC/tingkat Kecamatan), Pimpinan Ranting (PR/tingkat Desa/Kelurahan), Pimpinan Anak Ranting (PAR/tingkat RW/RT). Ketua Dewan Pimpinan Wilayah/Daerah/Cabang dipilih oleh Musyawarah di tingkat masing-masing dan disahkan oleh struktur di atasnya.

DAKWAH HIDAYATULLAH


Sejak awal pelangkahannya, Hidayatullah telah melakukan pengiriman santri untuk berdakwah sebagai bagian dari proses tarbiyah. Keberadaan Hidayatullah di berbagai tempat adalah upaya untuk membangun jaringan dakwah yang luas dan mampu menyentuh dan melayani seluruh lapisan ummat. Hidayatullah berupaya memposisikan da’i sebagai missionaris Islam sehingga sosok da’i adalah sosok yang memiliki karakteristik unggul dan militan serta mempunyai potensi untuk membangun peradaban yang seimbang antara duniawi dan ukhrawi.

Untuk mendukung gerakan da’i itu, Hidayatullah telah mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam Lukman Al Hakim (STAIL) di Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah (STIS Hidayatullah) di Balikpapan, yang memberikan beasiswa (ikatan dinas da’i) bagi mahasiswanya. Dari keduanya, pada akhir 2005 telah tersebar 150 da’i strata satu (S1) ke seluruh Indonesia.

Hidayatullah juga mendirikan Pos Da’i, Baitul Maal Hidayatullah (BMH), Majalah Suara Hidayatullah (Sahid), situs Hidayatullah.com, dan Pos-Pos Majelis Taklim al-Quran (MTQ) untuk mengukuhkan keberadaannya sebagai lembaga dakwah di Indonesia. Pada awal 2006, Hidayatullah meluncurkan program Grand MBA (Gerakan Membudayakan Mengajar dan Belajar al-Quran), dengan fokus mengajarkan membaca al-Quran, menerjemah secara cepat, dan menafsirkannya, melalui Metoda MBA.


PENDIDIKAN HIDAYATULLAH


Dalam tahapan 25 tahun kedua Hidayatullah, pendidikan mempunyai peranan yang sangat sentral dan strategis, terutama jika dikaitkan dengan upaya peningkatan mutu sumber daya manusia.

Sumber daya manusia yang berkualitas menurut terminologi Islam adalah manusia yang mampu memfungsikan segala potensi fikir dan potensi dzikir dalam dirinya secara seimbang sehingga segala penguasaan ilmu, penguasaan teknologi dan keahliannya memberi manfaat bagi dirinya, lingkungannya dan dunia pada umumnya. Oleh karena itu, pengembangan sumber daya manusia harus ditekankan pada prinsip-prinsip ketauhidan dan akhlakul karimah tanpa menafikan harkat intelektualitas.

Bertolak dari pemikiran di atas, Hidayatullah memperkenalkan konsep pendidikan Islam integral dan diimplementasikan dalam pengelolaan sekolah-sekolah Hidayatullah sejak dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi. Istilah integral menunjukkan satu kesatuan dari seluruh unsur pendidikan yang ada, baik iman dan taqwa maupun ilmu pengetahuan dan teknologi, sekolah dan masyarakat, formal maupun non-formal, dan sebagainya. Mulai 2005, Hidayatullah menegaskan penggunaan Kurikulum Berbasis Tauhid (KBT) untuk seluruh Sekolah Integral yang dikelolanya. Sekolah-sekolah milik Hidayatullah tidak diwajibkan mempergunakan nama ‘Hidayatullah’ namun wajib mempergunakan KBT dan sistem integral.

Lembaga Pendidikan Hidayatullah meliputi Taman Kanak-Kanak dan Play Group, Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah di hampir semua Daerah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah setidaknya ada di setiap Wilayah dan 3 perguruan tinggi di Surabaya, Balikpapan, dan Depok. Pada tahun 2006, setelah didapatkan ijin dari Menteri Pendidikan Nasional, didirikanlah Universitas Hidayatullah di Jakarta. Universitas ini tidak mengeliminir keberadaan STAIL, STIS, maupun Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Hidayatullah Depok yang telah ada.

PESANTREN-PESANTREN HIDAYATULLAH


Pesantren-Pesantren Hidayatullah seperti halnya pesantren di tempat lain, berfungsi sebagai tempat untuk mendalami ilmu-ilmu diniyah. Lingkungan kampus Pesantren juga berfungsi sebagai miniatur kehidupan berimamah dan berjamaah. Selain dihuni santri yang tinggal di asrama, di Pesantren juga tinggal guru, pengasuh, pengelola, dan jamaah Hidayatullah yang berkeinginan menetap di sekitar Pesantren dalam rangka belajar menegakkan Islam, Pesantren Hidayatullah mengupayakan tersedianya kawasan di sekitar kampus yang dapat dibeli oleh masyarakat secara selektif.

HIDAYATULLAH DAN KAUM DHU’AFA


Untuk membantu anak-anak kurang mampu, Hidayatullah telah mendirikan Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) di hampir setiap DPD. PPAS ini berupa asrama tempat anak-anak yatim atau piatu atau miskin tinggal, sebagai pengganti orang tua. Muatan utama PPAS adalah pendidikan diniyyah, penumbuhan rasa percaya diri, kreativitas, dan hal-hal penting lainnya layaknya yang mereka peroleh dari keluarga.

Keberadaan lebih dari 200 Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) dengan jumlah anak yatim piatu dan tidak mampu yang dibina rata-rata 150 orang anak adalah bukti keberpihakan Hidayatullah terhadap kalangan dhu’afa (lemah) dan mustadh’afin (tertindas), anak yatim piatu dan tidak mampu. Ini merupakan salah satu komitmen yang mendapat perhatian utama sejak awal perlangkahan Hidayatullah.

BAITUL MAAL HIDAYATULLAH


Baitul Maal Hidayatullah (BMH) adalah lembaga di bawah Hidayatullah yang mempunyai fungsi untuk mengelola dana zakat, infaq, shadaqah, wakaf ataupun hibah ummat. Sebagai wujud kepercayaan masyarakat dan pemerintah terhadap Hidayatullah, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mendapat pengukuhan sebagai lembaga amil zakat nasional melalui Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 538 tahun 2001.

BMH mengelola dana ummat untuk disalurkan bagi pemberdayaan ummat, memajukan lembaga-lembaga pendidikan maupun sosial, memajukan dakwah Islam, mengentaskan kaum dhuafa (lemah) maupun mustadh’afin (tertindas).

Kini Baitul Maal Hidayatullah telah memiliki 30 kantor perwakilan dan 144 jaringan pos peduli (mitra). Sebagai komitmen layanan sosial, BMH juga telah mendirikan klinik-klinik IMS (Islamic Medical Service) di berbagai lokasi.

MAJALAH SUARA HIDAYATULLAH


Majalah Suara Hidayatullah (Sahid) merupakan salah satu dari badan usaha milik Hidayatullah yang menggarap bidang pers. Majalah Suara Hidayatullah berisi tentang problematika dan dinamika dakwah, baik di Indonesia maupun dunia. Di dalamnya ada rubrik wawancara dengan tokoh ternama, kajian Al-Qur`an dan Hadits, kisah heroik perjuangan da’i di berbagai pelosok tanah air, hingga masalah keluarga. Tiras rata-rata selama 5 tahun terakhir (hingga 2005) majalah full-color ini mencapai 60.000 eksemplar sekali terbit, dengan sebaran dari Sabang sampai Merauke.

MUSLIMAT HIDAYATULLAH (MUSHIDA)


Merupakan organisasi otonom Hidayatullah, yang telah memiliki 15 Pengurus Wilayah (PW) di seluruh Indonesia. Mushida bergerak dalam bidang da’wah, pendidikan, dan sosial, dengan fokus garapan adalah pemberdayaan wanita, keluarga dan anak.

Visi Mushida adalah “Membangun keluarga Qur’ani sebagai tonggak utama terwujudnya masyarakat bertauhid.” Untuk menggapai visi tersebut maka setiap program Mushida mengarah kepada pembentuk pribadi muslimah yang rahmatan lil ‘alamin, dan membangun sosok muslimah yang berkualitas dalam menunjang perannya sebagai pribadi, istri, ibu dan sebagai anggota masyarakat.

Di bidang pendidikan, Mushida mengemban amanah untuk mengembangkan lembaga pendidikan Hidayatullah pada tingkatan Taman Kanak-Kanak, Play Group, Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA). TK Hidayatullah yang manajemennya sudah baik, dipercaya masyarakat dan unggulan, menjadi model atau percontohan bagi TK yang lainnya dalam hal peningkatan kualitas guru melalui pelatihan rutin, pembinaan manajemen, penerbitan bulletin hingga penyediaan tenaga guru.

SYABAB (PEMUDA) HIDAYATULLAH


Untuk mewadahi aspirasi kalangan remaja dan mahasiswa, Hidayatullah telah membentuk organisasi otonom Pemuda Hidayatullah. Gerakan utamana organisasi ini adalah menyelenggarakan kegiatan perkaderan pemuda, mahasiswa, dan remaja Islam, untuk menumbuhkan ghirah perjuangan dan semangat berkurban.

INDUK KOPERASI HIDAYATULLAH (INKOPHIDA)


Induk Koperasi Hidayatullah (Inkophida) adalah koperasi sekunder yang menjadi wadah seluruh jaringan Koperasi Hidayatullah yang tersebar diseluruh Indonesia. Inkophida didirikan di Jakarta pada tahun 1999, dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Koperasi dan Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia nomor : 013/BH/M.1/1999, tanggal 9 April 1999.

Saat ini Inkophida memiliki 9 (sembilan) Puskophida (Pusat Koperasi Hidayatullah) ditingkat provinsi dan 142 Kophida (Koperasi Primer Hidayatullah) di tingkat Kabupaten/Kota. Visi Inkophida adalah membangun jaringan ekonomi ummat yang berkeadilan dan saling menguntungkan.

TIM SAR (SEARCH AND RESCUE) HIDAYATULLAH

Mengantisipasi banyaknya musibah dan bencana alam di Indonesia, pada 2004 Hidayatullah membentuk Tim SAR (Search and Rescue). Tim ini pertama kali diuji pada bencana tsunami di Aceh, di mana Tim SAR Hidayatullah telah terjun sejak hari kedua dengan membuka posko di Lanud Iskandar Muda. Tim ini dilatih oleh instruktur dari Badan SAR Nasional, dan telah mengikuti berbagai kegiatan bersama Tim SAR dari Kepolisian, Angkatan Laut, Angkatan Udara, maupun Angkatan Darat.
Selanjutnya telah dibentuk Tim SAR Rayon di berbagai wilayah untuk menghadapi bencana setempat.

GRAND MBA DAN POS MTQ


Grand MBA (Gerakan Membudayakan Mengajar dan Belajar al-Quran) merupakan program Hidayatullah setelah melalui kajian mendalam mengenai perkembangan Islam di Indonesia. Kemunduran ummat disebabkan oleh rendahnya pemahaman tehadap al-Quran lantaran ummat tidak lagi akrab dengan kitab sucinya itu.

Jarangnya kaum muslimin mempelajari al-Quran mengakibatkan kurangnya pemahaman terhadap ajaran Islam yang sesungguhnya, sehingga banyak sekali ajaran Islam yang tidak diketahui, atau tidak dimengerti, tidak dipahami, atau disalahpahami oleh ummat Islam. Akibatnya, ummat mayoritas ini memposisikan Islam secara taklid (meniru-niru) dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk itu, perlu ditumbuhkan gerakan mempelajari al-Quran. Bagi yang belum dapat membaca, perlu belajar membaca. Bagi yang belum benar, perlu belajar membaca secara benar untuk menghindari kesalahan arti. Bagi yang tidak mengerti bahasa Arab, perlu membaca terjemahan al-Quran hingga tamat. Bagi yang belum dapat mengartikan, perlu mempelajari cara menerjemahkannya. Dan bagi yang telah memiliki kemampuan, wajib untuk mengajarkannya kepada orang lain, minimal 10 orang dalam suatu kurun tertentu.

Hidayatullah telah menerbitkan modul-modul belajar membaca dan belajar menerjemah Metoda MBA. Untuk implementasinya, di setiap titik kegiatan aktivis Hidayatullah, didirikan Majelis Taklim al-Quran (MTQ) yang dikoordinasi melalui Pos MTQ. Kegiatan MTQ difokuskan pada belajar membaca dan menerjemah al-Quran di bawah bimbingan seorang mu’allim (guru), agar kaum muslimin benar-benar menguasai keterampilan, bukan sebatas wawasan keislaman. Mereka yang telah lulus akan mendapatkan sertifikat, dan dapat menjadi penerang di lingkungan masing-masing secara bertanggung jawab.

Tidak ada komentar: